Berdusta Itu Melelahkan
Setiap manusia, dalam interaksi dengan
di luar diri dan lingkungannya, senantiasa mempunyai harapan agar
keadaan sejati dirinya diterima dan dihargai orang lain secara layak.
Dalam batas yang proporsional, adanya harapan itu merupakan ciri manusia
normal. Pada umumnya, harapan yang bersifat intrinsik itu dapat
terpuaskan jika realitas dirinya selaras dengan kehendak dan harapan
orang lain.
Dalam kondisi keselarasan seperti itu,
interaksi dan komunikasi dengan orang lain di luar dirinya akan berjalan
harmonis, wajar, menyenangkan, dan tanpa beban. Sebagai akibatnya, ia
merasakan kepuasan dan kenyamanan. Ia tak menemui problem dengan dirinya
sendiri.
Masalahnya, tidak selamanya dalam
hubungan dengan sesama manusia realitas sejati diri seseorang selalu
selaras dengan harapan dan kehendak orang lain. Ada kalanya realitas
sejati dirinya justru bertentangan dengan harapan dan kehendak orang
lain yang menyebabkan sang diri mengalami disharmoni dalam interaksinya
dengan orang lain serta mengindikasikan adanya problem. Dalam kondisi
seperti ini seseorang akan merasa tidak nyaman, bukan hanya dengan orang
lain, namun juga dengan dirinya sendiri.
Apabila sang diri menghadapi kondisi
yang dirasa tidak ideal, ia akan berupaya mencari cara-cara yang dapat
menghilangkan atau meminimalisasi dampak yang tidak menyenangkan yang
ditimbulkannya. Boleh jadi dalam hal ini ia harus melakukan dua
kemungkinan tindakan ekstrem; menenggelamkan dirinya kepada harapan dan
kehendak orang lain meskipun harus bertentangan dengan realitas sejati
dan mengorbankan kepribadiannya, atau meneguhkan realitas sejatinya
dengan konsekuensi kehadiran realitas sejati dirinya tidak diterima di
tengah lingkungannya.
Seseorang yang cenderung ingin selalu
mendapat tempat dan memperoleh penghargaan dari orang lain di
lingkungannya, memersepsi nilai harga diri semata-mata berkaitan dengan
penerimaan dan penolakan orang lain terhadap keadaan dirinya. Oleh
karena itu, ia tidak segan-segan, bahkan cenderung mati-matian berupaya
menenggelamkan dirinya ke dalam harapan dan kehendak orang lain. Ia siap
untuk melakukan apa saja untuk merengkuh keinginannya itu, termasuk
melakukan kebohongan, sampai ke tingkat merenggut otensitas
keperibadiannya. Sesungguhnya, bagaimana pun situasi yang dihadapi,
seseorang tidak akan berbohong kalau hati nuraninya tidak bermasalah.
“Hatinya tidak mendustakan apa yang telah dilihatnya.” (QS An Najm [53]:
11).
Secara sunnatullah, begitu seseorang
melakukan kebohongan, pada saat itulah ia sesungguhnya mulai menanam dan
mengembangkan dusta di dalam dirinya. Dikatakan demikian, karena ia
dapat menampilkan ‘kebenaran’ di mata orang lain melalui
‘pembenaran-pembenaran’ yang terjadi secara individual. Ibnu al-Jauzi
dalam Ath Thibb Ar Ruhani menuturkan, bohong adalah sikap yang lahir dari dorongan nafsu demi kecintaannya pada posisi dan harga diri individunya.
Secara psikologis, dusta memerlukan
pengerahan energi jiwa yang lebih banyak dan lebih berat. Sebab dirinya
harus menghadapi dua tuntutan yang dalam waktu berbarengan harus
dipenuhi. Pertama, tuntutan penyelarasan dengan lingkungannya. Kedua,
tuntutan dari dalam diri yang senantiasa mencari kenyamanan dan
keharmonisan.
Jika pemenuhan kedua tuntutan itu tidak
berjalan harmonis, tak dapat dielakkan akan terjadi berbagai konflik
kejiwaan yang tak berkesudahan, atau pertentangan-pertentangan jiwa yang
melahirkan perasaan “exhaustive” (habis-habisan mencurahkan energi).
Malik bin Dinar mengatakaan, “Kejujuran dan kedustaan bertarung
habis-habisan di dalam diri seseorang hingga salah satunya bias
terpelanting.” Selanjutnya, kemenangan kedustaan atas kejujuran membuat
jiwa akan mengalami kelelahan yang amat sangat.
Oleh sebab itu pada hakikatnya dusta
merupakan bagian dari tindakan melampaui batas yang karenanya akan
sangat membebani jiwanya.”..Dan jika ia seorang pendusta, maka dialah
yang menanggung (beban dosa) dustanya itu; dan jika ia seorang yang
benar niscaya sebagian (bencana) yang diancamkannya kepadamu akan
menimpamu”. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang
melampaui batas lagi pendusta.” (QS, Ghafir [40]: 28).
Rasulullah Saw menegaskan bahwa
kebohongan akan menjadi beban yang melelahkan kepada pelakunya dalam
sabdanya, “Aku melihat dua orang yang mendatangiku dan mereka berkata,
“Orang yang melihat mulutnya dikoyak tadi adalah seorang pendusta. Ia
berbohong hingga kebohongannya itu dibebankan kepadanya sampai mencapai
ufuk. Ia diberi beban seperti itu sampai hari Kiamat.”HR, Bukari dan
Muslim).
Seseorang bisa saja mendustai atau
membohongi orang lain, tapi ia tak akan sanggup mendustai semua orang.
Sebab jiwanya tidak akan sanggup menyeret beban kebohongannya.
Kebohongan yang dilakukan oleh seseorang pada orang lain pada dasarnya
bagaikan menimpakan butiran batu sedikit demi sedikit pada diri sendiri.
Lama kelamaan butiran itu menjadi bongkahan yang menumpuk, menjadi
beban yang memberatkan dan semakin rumit untuk dipecahkan. Rasulullah
Saw mengingatkan, “Senantiasa seorang hamba berdusta dan membiasakannya
hingga dicatat di sisi Allah Swt sebagai seorang pendusta.” (HR,
Bukhari).Beban itu pada akhirnya akan memberatkan perjalanan
spiritualnya. Dia akan terus-menerus menyeret beban hingga akhirnya
terjerumus dalam neraka.
“Berhati-hatilah kalian dari
dusta,karena dusta itu akan membimbing kepada kejahatan, dan kejahatan
itu akan menyeretnya ke neraka.”(HR, Bukhari)
Oleh karena itu, menyimpan dan menumpuk
kedustaan adalah sauatu tindakan bodoh seseorang yang patut diratapi.
Semestinya tindakan itu dibuang jauh-jauh. Sebab kebohongan bagaikan
upaya menimbuni diri sendiri dengan dosa yang penuh kesia-siaan. Hidup
ini terlalu berharga untuk dilalui dan diakhiri dengan kesia-siaan.
Wallahu A’lam
Sumber : http://www.hasanalbanna.com/berdusta-itu-melelahkan/?utm_source=feedburner&utm_medium=feed&utm_campaign=Feed%3A+hasanalbanna+%28hasanalbanna.com%29
Posted in
Taujihat
Related posts:
If you enjoyed this article, subscribe to receive more great content just like it.
Popular Posts
-
UNDANGAN, Ikhwah fillah... Mari eratkan ukhuwah, raih keberkahan silaturrahim dan majelis ilmu, HADIRI Forum Pengajian Keluarga Sejahter...
-
DCS DPRD II PKS Dapil IV (Banyudono,Ngemplak, Sawit,Sambi) Boyolali Daerah Pemilihan IV Banyudono, Ngemplak, Sawit, Sambi. 1. Nur Achmad...
-
Ikhwati wa akhwati fillah... Melihat berita ttg LHI terkait sapi impor , maka ana sebagai salah satu kader PKS yg mengenal LHI, sangat b...
-
MEMANG tidak sederhana menjadi seorang pemimpin yang legal secara formal dan legitimed (dicintai bawahannya). Sebelum seseorang diakui...
-
Presiden Mesir, Dr Muhammad Mursi menempati urutan ke-4 orang yang paling berpengaruh di dunia versi Majalah Time. Majalah Time mengung...
-
Pada tahun kesepuluh kenabian, istri Nasbi Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam, Khadijah binti Khuwailid, dan pamannya, Abu Thlaib, wafat. Ber...
-
TEMPO.CO , Jakarta - Fraksi Partai Keadilan Sejahtera melarang semua anggotanya yang duduk di Badan Anggaran untuk memakai ruangan yang ba...
-
Menteri Sosial Salim Segaf al Jufri sangat menikmati naik ojek dari pos pemantauan perbatasan desa Temajuk menuju dusun Camar Bulan. “Kalau...
Recent Stories
Connect with Facebook
Sponsors
Search
Archives
-
▼
2012
(104)
-
▼
Desember
(11)
- PKS: Mesin Partai Itu Kader, Bukan Artis
- Lagi, Heryawan Raih Penghargaan ke-92
- Remaja, Masjid, dan Peradaban
- Majalah Time: Mursi Orang Paling Berpengaruh ke-4 ...
- Berdusta Itu Melelahkan
- FPKS Berikan Pengawalan Untuk RUU Produk Halal Sam...
- PKS Pantau Rhoma Irama
- Lomba Cipta Logo SDIT Salman al-Farisi
- Masuk 5 Besar Capres 2014 Versi LSI, Ini Tanggapan...
- Pemimpin Masa Depan: Beda Antara Leader dan Dealer!
- Jangan Berada dalam Perpecahan
-
▼
Desember
(11)
Categories
Blog Archives
-
▼
2012
(104)
-
▼
Desember
(11)
- PKS: Mesin Partai Itu Kader, Bukan Artis
- Lagi, Heryawan Raih Penghargaan ke-92
- Remaja, Masjid, dan Peradaban
- Majalah Time: Mursi Orang Paling Berpengaruh ke-4 ...
- Berdusta Itu Melelahkan
- FPKS Berikan Pengawalan Untuk RUU Produk Halal Sam...
- PKS Pantau Rhoma Irama
- Lomba Cipta Logo SDIT Salman al-Farisi
- Masuk 5 Besar Capres 2014 Versi LSI, Ini Tanggapan...
- Pemimpin Masa Depan: Beda Antara Leader dan Dealer!
- Jangan Berada dalam Perpecahan
-
▼
Desember
(11)
Recent Comments