PKS Kaji Keluar dari Koalisi
[JAKARTA] Perombakan atau reshuffle kabinet yang dilakukan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) masih menyisakan banyak persoalan bagi Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Banyak kader partai itu yang menghendaki PKS berada di luar koalisi. Desakan kader, yang sebagian besar diwakili kelompok muda PKS itu, membuat pusing petinggi partai. Mereka pun memutuskan mengkaji ulang posisi PKS di kabinet, dengan melakukan penjaringan aspirasi.
Namun, semua keputusan akhir ada di Majelis Syuro PKS.
Presiden PKS Luthfi Hasan Ishak, beberapa waktu lalu mengakui adanya banyak usulan dari kader, termasuk yang berada di daerah, agar partai politik itu keluar dari koalisi. Menurut dia, seluruh aspirasi politik dan dinamika dari kader PKS tersebut berkaitan dengan perombakan kabinet yang dilakukan Presiden Yudhoyono tersebut.
“Seluruh aspirasi tersebut telah dirangkum dan diserahkan ke Majelis Syuro untuk menentukan sikap politik dalam koalisi,” katanya.
Menurut guru besar Ilmu Politik Universitas Indonesia (UI) Iberamsjah, sebenarnya PKS tidak perlu menggunakan mekanisme penjaringan aspirasi. PKS justru punya alasan keluar dari Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) II serta meninggalkan koalisi.
“Tidak perlu menjaring aspirasi. Ketika kontrak politik sudah dikhianati Presiden SBY, harusnya PKS langsung keluar,” ungkap Iberamsjah.
Dikatakan, kalau PKS keluar dari koalisi, maka PKS bisa menjadi partai besar. PKS akan dianggap konsisten oleh masyarakat.
Sebaliknya, semakin lama PKS memutuskan sikap, maka PKS akan menjadi kerdil atau menjadi bonsai. PKS juga akan tetap berada di bawah bayang-bayang partai besar dalam koalisi, seperti Partai Demokrat dan Partai Golkar. Masyarakat juga akan memandang PKS cenderung haus kekuasaan.
“Kalau PKS bertahan, harga diri partai dikorbankan. Masyarakat juga justru menjadi sinis dan kecewa dengan PKS,” tandasnya.
Iberamsjah yakin sampai sekarang sikap PKS fifty-fifty. “Masih 50-50, kalangan arus bawah dan daerah ingin PKS keluar dari koalisi, tapi yang di atas terlalu sayang dengan kekuasaan,” tukasnya.
Dari Ambon dilaporkan, PKS masih melakukan penjaringan aspirasi dari para kadernya sampai ke tingkat paling bawah, maupun meminta tanggapan tokoh masyarakat untuk menentukan sikap terkait kebijakan pemerintah melakukan perombakan Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) II.
“Memang saat ini publik bertanya-tanya tentang bagaimana sikap PKS terhadap masa depan koalisi bersama pemerintah pasca pergantian KIB II, yang dilakukan dengan pengurangan satu jatah menteri dari empat menjadi tiga kursi,” kata Sekretaris Umum DPW PKS Maluku, Suhfi Madjid di Ambon, Senin.
Tentu saja pengambilan sikap apakah koalisi atau oposisi ini sebelum dilaksanakan, akan mempertimbangkan banyak aspek, sehingga saat ini sementara dilakukan penjaringan aspirasi dari kader termasuk struktur partai dari tingkat yang paling bawah.
Penjaringan aspirasi ini dimulai dari tingkat DPC, DPD, DPW hingga tingkat DPP, yang nantinya akan dikeluarkan sikap masa depan PKS seperti apa dalam koalisi nanti. Kemudian PKS merupakan partai yang tersistematis dan terstruktur, serta memiliki keterwakilan dalam pengambilan keputusan, dan Majelis Syuro dalam partai ini yang akan melakukannya.
“Kita tunggu saja apa hasil keputusan Majelis Syuro. Dan menurut kami, keputusan ini diambil tidak berdasarkan faktor pengurangan atau penambahan jabatan menteri dalam jajaran kabinet," katanya.
Namun, rencana pengambilan keputusan ini lebih didasarkan pada faktor lain, seperti maksimal tidaknya keterlibatan PKS dalam koalisi, termasuk bagaimana posisi PKS dalam mempertimbangkan aspek pengabdian, yang akan dilakukan demi kemaslahatan serta pelayanan kepada masyarakat, bangsa dan negara.
Sementara itu, Dewan Pimpinan Daerah (DPD) PKS Wilayah Jawa Tengah meyakini yakin ini akan tetap kritis terhadap pemerintah, meski saat ini masih tergabung dalam koalisi pemerintahan.
"Kritis sudah menjadi semacam tabiat kader PKS dalam memberi masukan kepada pemerintah," kata Ketua Dewan Pimpinan PKS Wilayah Jawa Tengah, A Fikri Faqih, di Semarang.
Menurut dia, PKS Jawa Tengah akan mendukung keputusan dewan pimpinan pusat, berkaitan dengan keputusan untuk bertahan di koalisi atau tidak, usai perombakan kabinet yang dilakukan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Hal tersebut kemungkinan besar akan dibahas dalam rapat Majelis Syuro PKS pada Desember 2011.
Banyak kader partai itu yang menghendaki PKS berada di luar koalisi. Desakan kader, yang sebagian besar diwakili kelompok muda PKS itu, membuat pusing petinggi partai. Mereka pun memutuskan mengkaji ulang posisi PKS di kabinet, dengan melakukan penjaringan aspirasi.
Namun, semua keputusan akhir ada di Majelis Syuro PKS.
Presiden PKS Luthfi Hasan Ishak, beberapa waktu lalu mengakui adanya banyak usulan dari kader, termasuk yang berada di daerah, agar partai politik itu keluar dari koalisi. Menurut dia, seluruh aspirasi politik dan dinamika dari kader PKS tersebut berkaitan dengan perombakan kabinet yang dilakukan Presiden Yudhoyono tersebut.
“Seluruh aspirasi tersebut telah dirangkum dan diserahkan ke Majelis Syuro untuk menentukan sikap politik dalam koalisi,” katanya.
Menurut guru besar Ilmu Politik Universitas Indonesia (UI) Iberamsjah, sebenarnya PKS tidak perlu menggunakan mekanisme penjaringan aspirasi. PKS justru punya alasan keluar dari Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) II serta meninggalkan koalisi.
“Tidak perlu menjaring aspirasi. Ketika kontrak politik sudah dikhianati Presiden SBY, harusnya PKS langsung keluar,” ungkap Iberamsjah.
Dikatakan, kalau PKS keluar dari koalisi, maka PKS bisa menjadi partai besar. PKS akan dianggap konsisten oleh masyarakat.
Sebaliknya, semakin lama PKS memutuskan sikap, maka PKS akan menjadi kerdil atau menjadi bonsai. PKS juga akan tetap berada di bawah bayang-bayang partai besar dalam koalisi, seperti Partai Demokrat dan Partai Golkar. Masyarakat juga akan memandang PKS cenderung haus kekuasaan.
“Kalau PKS bertahan, harga diri partai dikorbankan. Masyarakat juga justru menjadi sinis dan kecewa dengan PKS,” tandasnya.
Iberamsjah yakin sampai sekarang sikap PKS fifty-fifty. “Masih 50-50, kalangan arus bawah dan daerah ingin PKS keluar dari koalisi, tapi yang di atas terlalu sayang dengan kekuasaan,” tukasnya.
Dari Ambon dilaporkan, PKS masih melakukan penjaringan aspirasi dari para kadernya sampai ke tingkat paling bawah, maupun meminta tanggapan tokoh masyarakat untuk menentukan sikap terkait kebijakan pemerintah melakukan perombakan Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) II.
“Memang saat ini publik bertanya-tanya tentang bagaimana sikap PKS terhadap masa depan koalisi bersama pemerintah pasca pergantian KIB II, yang dilakukan dengan pengurangan satu jatah menteri dari empat menjadi tiga kursi,” kata Sekretaris Umum DPW PKS Maluku, Suhfi Madjid di Ambon, Senin.
Tentu saja pengambilan sikap apakah koalisi atau oposisi ini sebelum dilaksanakan, akan mempertimbangkan banyak aspek, sehingga saat ini sementara dilakukan penjaringan aspirasi dari kader termasuk struktur partai dari tingkat yang paling bawah.
Penjaringan aspirasi ini dimulai dari tingkat DPC, DPD, DPW hingga tingkat DPP, yang nantinya akan dikeluarkan sikap masa depan PKS seperti apa dalam koalisi nanti. Kemudian PKS merupakan partai yang tersistematis dan terstruktur, serta memiliki keterwakilan dalam pengambilan keputusan, dan Majelis Syuro dalam partai ini yang akan melakukannya.
“Kita tunggu saja apa hasil keputusan Majelis Syuro. Dan menurut kami, keputusan ini diambil tidak berdasarkan faktor pengurangan atau penambahan jabatan menteri dalam jajaran kabinet," katanya.
Namun, rencana pengambilan keputusan ini lebih didasarkan pada faktor lain, seperti maksimal tidaknya keterlibatan PKS dalam koalisi, termasuk bagaimana posisi PKS dalam mempertimbangkan aspek pengabdian, yang akan dilakukan demi kemaslahatan serta pelayanan kepada masyarakat, bangsa dan negara.
Sementara itu, Dewan Pimpinan Daerah (DPD) PKS Wilayah Jawa Tengah meyakini yakin ini akan tetap kritis terhadap pemerintah, meski saat ini masih tergabung dalam koalisi pemerintahan.
"Kritis sudah menjadi semacam tabiat kader PKS dalam memberi masukan kepada pemerintah," kata Ketua Dewan Pimpinan PKS Wilayah Jawa Tengah, A Fikri Faqih, di Semarang.
Menurut dia, PKS Jawa Tengah akan mendukung keputusan dewan pimpinan pusat, berkaitan dengan keputusan untuk bertahan di koalisi atau tidak, usai perombakan kabinet yang dilakukan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Hal tersebut kemungkinan besar akan dibahas dalam rapat Majelis Syuro PKS pada Desember 2011.
Posted in
Berita
Related posts:
If you enjoyed this article, subscribe to receive more great content just like it.
Popular Posts
-
UNDANGAN, Ikhwah fillah... Mari eratkan ukhuwah, raih keberkahan silaturrahim dan majelis ilmu, HADIRI Forum Pengajian Keluarga Sejahter...
-
DCS DPRD II PKS Dapil IV (Banyudono,Ngemplak, Sawit,Sambi) Boyolali Daerah Pemilihan IV Banyudono, Ngemplak, Sawit, Sambi. 1. Nur Achmad...
-
MEMANG tidak sederhana menjadi seorang pemimpin yang legal secara formal dan legitimed (dicintai bawahannya). Sebelum seseorang diakui...
-
Presiden Mesir, Dr Muhammad Mursi menempati urutan ke-4 orang yang paling berpengaruh di dunia versi Majalah Time. Majalah Time mengung...
-
Ikhwati wa akhwati fillah... Melihat berita ttg LHI terkait sapi impor , maka ana sebagai salah satu kader PKS yg mengenal LHI, sangat b...
-
Pada tahun kesepuluh kenabian, istri Nasbi Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam, Khadijah binti Khuwailid, dan pamannya, Abu Thlaib, wafat. Ber...
-
TEMPO.CO , Jakarta - Fraksi Partai Keadilan Sejahtera melarang semua anggotanya yang duduk di Badan Anggaran untuk memakai ruangan yang ba...
-
Menteri Sosial Salim Segaf al Jufri sangat menikmati naik ojek dari pos pemantauan perbatasan desa Temajuk menuju dusun Camar Bulan. “Kalau...
Recent Stories
Connect with Facebook
Sponsors
Search
Archives
-
▼
2011
(31)
-
▼
November
(16)
- Sekilas Perjalanan Dakwah di Taiwan
- Anis : Indonesia Butuh Pimpinan Kerja Nyata
- Ribuan Warga di Lereng Merapi Terancam Terisolir A...
- PKS Kaji Keluar dari Koalisi
- Kader-Kader Manja
- Info Syi'ar Bulan Dzulhijah (1-10 Dzulhijah 1432 H...
- PRESS RELEASE RAPIMNAS 2011
- Tadzkirah Mursyid untuk para aktivis (pengelola da...
- 7 Arahan Ustadz Hilmi Aminuddin
- Nasionalisme dan Komodo
- Pandangan Umum FPKS Terhadap Perubahan APBD 2011
- PKS Jawa Barat Tak Mau Tercoreng Syahrini
- Islam dan Kekuasaan
- Khutbah Idul Adha 1432H
- Kunjungan DPP Muslimah HTI ke DPP PKS
- Idul Adha Jatuh Pada 6 November
-
▼
November
(16)
Categories
Blog Archives
-
▼
2011
(31)
-
▼
November
(16)
- Sekilas Perjalanan Dakwah di Taiwan
- Anis : Indonesia Butuh Pimpinan Kerja Nyata
- Ribuan Warga di Lereng Merapi Terancam Terisolir A...
- PKS Kaji Keluar dari Koalisi
- Kader-Kader Manja
- Info Syi'ar Bulan Dzulhijah (1-10 Dzulhijah 1432 H...
- PRESS RELEASE RAPIMNAS 2011
- Tadzkirah Mursyid untuk para aktivis (pengelola da...
- 7 Arahan Ustadz Hilmi Aminuddin
- Nasionalisme dan Komodo
- Pandangan Umum FPKS Terhadap Perubahan APBD 2011
- PKS Jawa Barat Tak Mau Tercoreng Syahrini
- Islam dan Kekuasaan
- Khutbah Idul Adha 1432H
- Kunjungan DPP Muslimah HTI ke DPP PKS
- Idul Adha Jatuh Pada 6 November
-
▼
November
(16)
Recent Comments