Featured Posts
Recent Articles

Khutbah Idul Adha 1432H

PELAJARAN DARI DIALOG NABI IBRAHIM ‘ALAIHISSALAM DENGAN ISMAIL ‘ALAIHISSALAM.

Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Innal hamda lillah nahmaduhu wa nasta’inuhu wa nastaghfiruh, wa na’udzubillahi min syururi anfusina wa sayyi’ati a’malina, man yahdihillahu falaa mudhillalah wa man yudhlil falaa haadiyalah

Asyhadu allaa ilaaha illallah wa asyhadu anna muhammadan ‘abduhu wa rasuuluhu, allahumma shalli ‘ala sayyidina Muhammad wa ‘ala aalihi wa ash-habihi ajama’in..
Amma ba’du,

Allahu akbar.. Allahu akbar.. Allahu akbar..3X
Allahu akbar kabira wal hamdulillahi katsiira wa subhanallahi bukrataw wa ashiila, laa ilaha illallahu wa laa na’budu illa iyyah, mukhlishina lahuddin walau karihal kafirun
Laa ilaaha illallahu wahdah shadaqa wa’dah wa nashara ‘abdah wa a’azza jundah wahazamal ahzaaba wahdah, laa illaha illallahu wallahu akbar, Allahu akbar wa lillahilhamd ..

Ma’asyiral muslimin wal muslimat rahimakumullah …
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala, di pagi yang indah ini Allah masih memberikan nikmat Islam, nikmat sehat, dan nikmat thulul ‘umur (panjang umur), sehingga kita semua bisa berjumpa lagi dengan salah satu hari raya umat Islam sedunia, yaitu Idul Adha.
Dari ‘Uqbah bin ‘Amir Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

Hari ‘Arafah, hari penyembelihan qurban, hari-hari tasyriq, adalah hari raya kita para pemeluk islam, itu adalah hari-hari makan dan minum. (HR. At Tirmidzi No. 773, katanya: hasan shahih, Ad Darimi No. 1764, Syaikh Husein Salim Asad mengatakan: isnaduhu shahih. Al Hakim dalam Al Mustadrak No. 1586, katanya: “Shahih sesuai syarat Bukhari dan Muslim, tetapi mereka tidak meriwayatkannya.” )
يَوْمُ عَرَفَةَ وَيَوْمُ النَّحْرِ وَأَيَّامُ التَّشْرِيقِ عِيدُنَا أَهْلَ الْإِسْلَامِ وَهِيَ أَيَّامُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ
Allahu akbar.. Allahu akbar. Allahu akbar walillahilhamd
Ma’asyirol muslimin wal muslimat rahimakumullah
Kita mengerti dari hadits mulia ini, ada beberapa pelajaran yang bisa kita petik.
1. Bahwa setiap agama memiliki hari raya masing-masing, dan hari ini adalah hari raya kita. Oleh karena itu tidak sepantasnya manusia yang mengaku muslim ikut-ikutan sibuk dan berbahagia dengan perayaan hari besar agama lain.
2. Pada hari raya ini kita juga dibolehkan bersenang-senang dengan cara yang halal, seperti makan dan minum yang halal.
3. Dilarangnya berpuasa pada saati hari raya dan hari-hari tasyriq, karena saat ini adalah hari makan dan minum.
Allahu akbar. Allahu akbar. Allahu akbar.. walillahiilhamd
Ma’asyiral Muslimin wal muslimat rahimakumullah…
Pada kesempatan yang berbahagia ini, kami akan membahas tentang peristiwa monumental yang Allah Ta’ala abadikan dalam Al Quran, yaitu tentang pengorbanan yang Beliau lakukan ketika menyembelih anaknya, Ismail, atas perintah Allah Ta’ala dalam mimpinya.
Allah Ta’ala berfirman:
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ (102) فَلَمَّا أَسْلَمَا وَتَلَّهُ لِلْجَبِينِ (103) وَنَادَيْنَاهُ أَنْ يَا إِبْرَاهِيمُ (104) قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا إِنَّا كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ (105) إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْبَلَاءُ الْمُبِينُ (106) وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ (107)
102. Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku Termasuk orang-orang yang sabar”.
103. tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya ).
104. dan Kami panggillah dia: “Hai Ibrahim,
105. Sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu Sesungguhnya Demikianlah Kami memberi Balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.
106. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata.
107. dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar[1285].
108. Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang Kemudian. (QS. Ash Shaffat: 102-108)
Demikianlah perintah itu, dan demikian pula respon dua hamba shalih itu. Nabi Ibrahim ‘Alahissalam telah lama menantikan lahirnya anak, akhirnya Allah Ta’ala karuniakan lahirnya Ismail melalui isteri Beliau, Hajar, di saat usia yang sudah tua. Begitu cintanya Beliau terhadap anaknya ini, dan itu adalah cinta yang wajar bagi seorang ayah kepada anaknya. Tetapi, Allah Ta’ala menguji cinta Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam, dengan memerintahkan menyembelih anaknya yang tercinta, Ismail. Ternyata Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam memilih cintanya kepada Allah Ta’ala dengan menuruti perintah yang sangat berat tersebut. Ternyata Beliau berhasil melewatinya. Sehingga Allah Ta’ala menggantinya dnegan seekor kambing yang besar, dan Allah Ta’ala abadikan kebaikannya itu untuk pelajaran bagi generasi selanjutnya.
Allahu akbar .. Allahu akbar .. Allahu akbar … wa lillahilhamd
Ma’asyiral muslimin wal muslimat rahimakumullah
Ada beberapa pelajaran dari kisah di atas:
Pertama, Hendaknya orang tua membiasakan berdialog dan berdiskusi dengan anaknya tentang segala masalah yang terkait kepentingan anak. Tidak asal perintah secara otoriter seakan anak adalah mesin komputer dan robot yang siap menampung dan menjalankan semua keinginan orang tua.
Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam meyakini bahwa mimpinhya itu benar dari Allah Ta’ala. Tetapi, Beliau tidak memaksakan begitu saja kepada anaknya untuk menuruti perintah penyembelihan tersebut, melainkan Beliau bertanya dulu: ”Maadza taraa?- Apa pendapatmu?. Ini adalah metode belajar yang sangat bagus bagi para orang tua yang telah dicontohkan oleh hamba mulia, Ibrahim ‘Alaihissalam.
Berdialog dengan anak akan melahirkan hubungan yang lebih erat antara anak dengan orang tuanya. Selain itu, juga lebih berbekas pengaruhnya di hati dan jiwa mereka, dibanding memerintahkan secara verbal kepada mereka dengan kata-kata: wajib, harus, jangan, dan haram!
Allahu akbar.. Allahu akbar.. Allahu akbar.. walillahilhamd
Ma’asyiral muslimin wal muslimat rahimakumullah
Kedua, kisah di atas menunjukkan betapa berat ujian yang dialami para nabi dan rasul. Uji keimanan dengan pengorbanan harta dan nyawa sendiri sudah sering kita dengar dalam ayat-ayat bertemakan jihad, dan banyak sudah manusia yang lulus menjalankannya.
Tetapi, uji keimanan dengan cara mengorbankan nyawa anak sendiri, lalu dibunuh dengan tangan sendiri, dan dilakukan dengan cara disembelih …. adakah manusia yang sanggup melakukannya? Apalagi itu adalah anak shalih, baru beranjak besar, dan kelahirannya sudah lama dinanti-nantikan? Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam-lah orang yang sanggup melakukannya, demi cintanya kepada Allah Ta’ala.
Bukan hanya Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam, para nabi lainnya juga mengalami, terlebih lagi adalah Sayyidul Anbiya wal Mursalin, Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Oleh karenanya Al Imam Al Bukhari membuat Bab di dalam kitab Shahihnya:

Bab Tentang Manusia yang paling berat ujiannya adalah para Nabi, lalu yang semisal mereka, lalu yang semisal mereka.
بَاب أَشَدُّ النَّاسِ بَلَاءً الْأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الْأَمْثَلُ فَالْأَمْثَلُ
Sa’ad bin Abi Waqqash Radhiallahu ‘Anhu berkata:
يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ النَّاسِ أَشَدُّ بَلَاءً قَالَ الْأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الْأَمْثَلُ فَالْأَمْثَلُ فَيُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَإِنْ كَانَ دِينُهُ صُلْبًا اشْتَدَّ بَلَاؤُهُ وَإِنْ كَانَ فِي دِينِهِ رِقَّةٌ ابْتُلِيَ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَمَا يَبْرَحُ الْبَلَاءُ بِالْعَبْدِ حَتَّى يَتْرُكَهُ يَمْشِي عَلَى الْأَرْضِ مَا عَلَيْهِ خَطِيئَةٌ
“Wahai Rasulullah, manusia manakah yang paling berat ujiannya?” Beliau bersabda: “Para nabi, kemudian yang semisal mereka, kemudian yang semisal mereka. Seseorang akan diuji sesuai kadar agamanya. Jika kualitas agamanya itu kuat maka ujiannya juga berat, jika kualitas agamanya lemah maka seperti itulah kadar ujiannya. Maka, seorang hamba senantiasa akan diuji sampai dia dibiarkan berjalan di muka bumi dengan tanpa dosa. “ (HR. At Tirmidzi No. 2398, katanya: hasan shahih. Ibnu Majah No. 3023)
Allahu akbar.. Allahu akbar. Allahu akbar.. walillahilhamd
Ma’asyiral muslimin wal muslimat rahimakumullah..
Ketiga, kisah ini juga menunjukkan bahwa mimpi para nabi adalah haq (kebenaran). Mimpi merupakan salah satu cara Allah Ta’ala memberikan wahyu kepada mereka.
Para nabi adalah manusia yang paling jujur ucapannya, sehingga mimpi mereka pun paling benar. Hal ini sebagaimana Sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:
وَأَصْدَقُهُمْ رُؤْيَا أَصْدَقُهُمْ حَدِيثًا
Orang yang paling benar mimpinya adalah yang paling jujur perkataannya. (HR. At Tirmidzi No. 2270, katanya: hasan shahih. Abu Daud No. 5019, Ibnu Majah No. 3917)
Mimpi para nabi bisa bernilai wahyu dan dasar hukum sebuah amal, baik perintah, larangan, halal, dan haram, sebagaimana mimpi nabi Ibrahim ‘Alaihissalam. Demikianlah mimpi para nabi. Ada pun selain nabi, maka mimpinya itu hanya satu bagian dari 46 mimpi para nabi. Hal ini disebutkan dalam hadits dari Ubadah bin Ash Shamit, bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
رُؤْيَا الْمُؤْمِنِ جُزْءٌ مِنْ سِتَّةٍ وَأَرْبَعِينَ جُزْءًا مِنْ النُّبُوَّةِ
Mimpi seorang mu’min adalah satu bagian dari 46 bagian mimpi kenabian. (HR. Bukhari No. 2983)
Maksudnya adalah mimpi seorang mu’min berpotensi benar menjadi kenyataan, karena dia termasuk satu bagian dari 46 mimpi kenabian. Walau pada umumnya tidak menjadi kenyataan karena itu hanyalah satu bagian yang kecil dari 46 bagian itu. Orang beriman, orang shalih, para wali Allah, setinggi apa pun derajatnya di sisi Allah Ta’ala, tetapi dia bukan seorang nabi dan rasul, maka paling jauh mimpinya itu hanya boleh diambil hikmah dan pelajaran saja. Bukan dasar hukum dari perintah, larangan, halal, haram, dan aqidah.
Allahu akbar.. Allahu akbar.. Allahu akbar.. walillahilhamd
Ma’asyiral muslimin wal muslimat rahimakumullah..
Keempat, pada kisah ini pula kita memperoleh pelajaran bolehnya menceritakan mimpi kepada orang yang tepat. Seringkali manusia bercerita mimpinya kepada orang keliru sehingga melahirkan fitnah dan bencana baginya, yaitu lahirnya mitos dan tahayul yang tidak berdasar seputar peristiwa mimpi tersebut dan orang yang berimimpi.
Hal ini juga pernah terjadi pada masa Nabi Ya’qub dan Nabi Yusuf ‘Alaihimassalam.
إِذْ قَالَ يُوسُفُ لِأَبِيهِ يَا أَبَتِ إِنِّي رَأَيْتُ أَحَدَ عَشَرَ كَوْكَبًا وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ رَأَيْتُهُمْ لِي سَاجِدِينَ (4) قَالَ يَا بُنَيَّ لَا تَقْصُصْ رُؤْيَاكَ عَلَى إِخْوَتِكَ فَيَكِيدُوا لَكَ كَيْدًا إِنَّ الشَّيْطَانَ لِلْإِنْسَانِ عَدُوٌّ مُبِينٌ (5)
4. (ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya: “Wahai ayahku, Sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku.”
5. Ayahnya berkata: “Hai anakku, janganlah kamu ceritakan mimpimu itu kepada saudara-saudaramu, Maka mereka membuat makar (untuk membinasakan) mu. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia.” (QS. Yusuf: 4-5)
Ayat ini menunjukkan bahwa Nabi Yusuf menceritakan mimpinya kepada ayahnya, Nabi Ya’qub. Di sisi lain, Nabi Ya’qub melarang anaknya itu menceritakan mimpinya kepada saudara-saudaranya khawatir mereka akan berbuat jahat kepadanya. Maka, ini menunjukkan hendaknya kita menceritakan mimpi kepada orang yang tepat, tidak sembarang menceritakannya.
Allahu akbar.. Allahu akbar.. Allahu akbar.. walillahilhamd
Ma’asyiral muslimin wal muslimat rahimakumullah..
Kelima, kisah dalam ayat ini juga menunjukkan bahwa mencintai Allah Ta’ala, mesti dibuktikan dengan pengorbanan. Pengorbanan ini pun sebagai sarana untuk semakin dekat dengan Allah Ta’ala, sesuai namanya qurban, yang diambil dari kata qaruba yang berarti mendekat. Omong besar jika ada yang mengaku mencintai sesuatu tetapi dia sangat bakhil terhadap pengorbanan untuk yang dicintainya itu.
Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam telah membuktikan cintanya itu dengan mempersembahkan anaknya, sesuai perintahNya, padahal Ismail adalah anak yang sangat disayanginya. Sehingga layaklah Beliau dijuluki Khalilullah (kekasih Allah). Maka, mencintai Allah dan RasulNya, serta mencintai risalah yang dibawanya, harus dibuktikan dengan pengorbanan; korban waktu, korban pikiran, korban, harta, bahkan korban nyawa, untuk memperjuangkan agamaNya.
Semoga pada hari Idul Adha yang agung ini, menjadi awal momen yang baik untuk membiasakan mengorbankan pula egoisme pribadi atau kelompok, agar lebih mengedepankan segala kebaikan dan kepentingan untuk ‘izzul islam wal muslimin.
Aquulu qauli hadza wa astaghfirullah li walakum wa lisaairil muslimina wal muslimat fastaghfiruh innahu huwal ghafuuruurahim.
Allahu akbar.. Allahu akbar.. Allahu akbar.. walillahilhamd
Ma’asyiral muslimin wal muslimat rahimakumullah..
Mari kita tundukkan hati-hati kita, kita bermunajat pada pagi hari ini untuk menyambut rahmat dan kasih sayangNya kepada kita di hari yang mulia. Semoga Dia mengabulkan doa kita. Amin
Nastaghfirullahal ‘azhim (3x)
Hamdan yuwafi ni’amahu wa yukafiu maziidah ya rabbana lakal hamdu kama yan baghi lijalaali wajhikal karim wa ‘azhimil sulthanik. Allahummah shalli ‘ala sayyidina Muhammad wa ‘Ala aalihi wa ash habihi ajmain.
Allahumma taqabbal minna shalatana, sujudana, dua’ana, ruku’ana, nusukana, da’watana, wa jamia ibadatina, ya mujibas sailin. Rabbana laa tuzigh qulubana ba’da idz hadaitana wa hablana miladunka rahmah innaka antal wahhab.
Rabbana hablana min azwajina wa qurrata a’yun wa ja’alna lil muttaqina imama.
Rabbana zhalamna anfusana wa inlam taghfirlana wa tarhamna lanakunanna minal khasirin.
Allahumma amitna ‘alal Islam, Allahumma amitna ‘alal Qur’an wa Sunah
Allahumma ahyina ‘alal Islam,Allahumma ahyina ‘alal Qur’an wa Sunah
Allahummadfa’anna al bala wal waba, waz zina, war riba, wal mihan wal fitan, ma zhahara minha wa ma bathan fi biladi Indonesia khashah, wa fil buldanil muslimina ‘aamah. Ya rabbal ‘alamin.
Allahummad aizzil Islam wal muslimin, wa adzillatisy syirka wal musyrikin, wa dammir a’daka a’da addin, wa syattit syamlahum, wa farriq kalimatahum, wa zalzil aqdamahum, ya Aziz ya rabbal ‘alamin.
Allahummaghfir lilmuslimina wal muslimat, wal mu’minina wal mu’minat al ahya’I minhum wal amwat innaka samiun mujibud da’wat, ya qhadiyal hajat.
Rabbighfirlana waliwalidiina warhamhum kama rabbawna shighara
Rabbana atina fi dunya hasanah wa fil akhirati hasanah wa qina ‘azabannar
Subhana rabbil ‘Izzati ‘amma yashifun wa salamun alal mursalin wal hamdulillahi rabbil alamin
Wassalamu ‘alaikum wa rahmatullah w abarakatuh

Sumber : http://faridnuman.blogspot.com/2011/11/khutbah-idul-adha-1432h.html

Share and Enjoy:
We will keep You Updated...
Sign up to receive breaking news
as well as receive other site updates!
Subscribe via RSS Feed subscribe to feeds
Sponsors
Template By SpicyTrickS.comSpicytricks.comspicytricks.com
Template By SpicyTrickS.comspicytricks.comSpicytricks.com
Popular Posts
Recent Stories
Connect with Facebook
Sponsors
Recent Comments